Friday, October 18, 2019

Uniknya Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat

Jalannya Malam Selikuran di Masjid Agung Surakarta.

Ada yang berbeda dengan suasana Keraton Surakarta pada Sabtu malam (25/5/2019) usai shalat tarawih sekitar pukul 20.00 WIB. Keraton yang biasanya lengang menjadi cukup ramai oleh ratusan prajurit dan abdi dalem.

Keramaian tersebut disebabkan acara Keraton Surakarta, yakni Malam Selikuran. Dalam bahasa Indonesia selikur memiliki arti dua puluh satu sehingga Malam Selikuran berarti Malam Dua Puluh Satu.

Sesuai dengan namanya, Malam Selikuran merupakan tradisi Keraton Surakarta dalam menyambut malam ke-21 atau 10 hari terakhir Bulan Ramadhan. Menurut ajaran Islam, terdapat malam kemuliaan di 10 hari Bulan Ramadhan yang disebut Lailatul Qadar.

Malam Lailatul Qadar jatuh di salah satu malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Bulan Ramadhan. Di malam ini, mereka yang beribadah akan mendapat pahala yang sama dengan nilai ibadah selama 1.000 bulan.

Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta dilakukan dengan melakukan kirab atau mengarak 1.000 tumpeng yang dibawa oleh para abdi dalem. Selain itu, jalannya kirab semakin meriah karena para abdi dalem turut membawa lampu ting.

Selanjutnya, para abdi dalem, prajurit keraton, kerabat, hingga keluarga Keraton Surakarta turut berjalan kaki mengiringi tumpeng yang diarak. Rute kirab diawali dari Kori Kamandungan Lor Keraton Surakarta.

Namun titik akhir kirab MalamSelikurantahun 2019 ini berbeda dari sebelumnya. Jika sebelumnya titik akhir ada di Taman Sriwedari, maka tahun ini titik akhir ada di Masjid Agung Surakarta.

Setelah sampai di Masjid Agung, para peserta kirab duduk dan melakukan doa bersama. Doa tidak hanya ditujukan untuk kemakmuran Keraton Surakarta saja, tetapi juga untuk kemakmuran dan keselamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Usai doa bersama berakhir, tumpeng kemudian dibagikan kepada para peserta dan masyarakat yang ada di sekitar Masjid Agung. Setelah itu, peserta kirab kembali lagi ke Keraton Surakarta.

Menurut Pengageng Parentah Keraton Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo saat ditemui KompasTravel di Keraton Surakarta (25/5/2019), Malam Selikuran tahun ini diadakan di Masjid Agung karena sedang ada perbaikan di Taman Sriwedari.

Gusti Dipo (sapaan akrab KGPH Dipokusumo) melanjutkan, jika perbaikan di Taman Sriwedari sudah selesai, maka Malam Selikuran akan dikembalikan lagi seperti awal, yakni dengan rute kirab dari Keraton Surakarta sampai Taman Sriwedari.

No comments:

Post a Comment