Tuesday, October 1, 2019

Merasakan Sensasi Dunia Malam Era 70-an di Jaya Pub Thamrin...

Live music di Jaya Pub, Thamrin, Jakarta Pusat.

Berada di balik megahnya Gedung Jaya di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Jaya Pub bersembunyi. Sejak lima tahun lalu, pub tertua di Jakarta ini telah berpindah lokasi. Sebelumnya Jaya Pub berada di dekat Sungai Cideng tepatnya di sisi timur Gedung Jaya, lebih dekat dengan jalan raya.

Kami membuka sebuah pintu kaca berwarna gelap. Di sana tertempel beragam peraturan bagi pengunjung : no weapons (dilarang membawa senjata), no drugs (dilarang membawa narkoba), no fighting (dilarang berkelahi), no flip flops (dilarang memakai sandal jepit), no public nudity (dilarang telanjang di muka umum).

Setelah pintu dibuka, ada sebuah tangga menuju pintu masuk pub. Di sisi kanan dan kiri tangga kami melihat beragam foto lawas mulai dari foto personel The Beatels yang tengah menyeberang di zebra cross Abbey Road hingga foto-foto musisi reggae berkebangsaan Jamaika, Bob Marley.

Memasuki pub, kami melihat lebih banyak lukisan tua. Mulai dari foto lama Elvis Presley, Marilyn Monroe, Charlie Caplin, hingga vokalis group band Queen, Freddie Mercury.

Wirda, seorang pelayan yang telah bekerja selama 30 tahun di Jaya Pub mengatakan, lukisan-lukisan tersebut adalah koleksi pribadi pemilik pub, artis senior Frans Tumbuan yang juga merupakan suami penyanyi senior Rima Melati.

Malam itu Wirda menggunakan kemeja putih lengan panjang yang dilapisi rompi berwarna hitam. Ia memadukan pakaiannya itu dengan celana warna hitam dan sepatu pantofel. Tak lupa selembar celemek warna hitam melingkar di pinggangnya.

Kata bos ini seragam ala pelayan pub Eropa. Dari dulu seragamnya ya tetap seperti ini, tidak pernah ganti model walaupun kalau zaman sekarang kan pelayan pub udah pada pakai rok mini, ujar Wirda.

Meja untuk para pengunjung terbuat dari kayu dengan bentuk persegi. Kursinya pun terbuat dari kayu dengan bentuk tegak menyerupai angka 4 terbalik.

Di atas meja setangkai mawar palsu yang mulai tertutup debu terpasang di sebuah vas kaca. Kemudian asbak, sendok, hingga pisau disusun dengan rapi di sekitar vas bunga.

Dinding hingga lantai pub dilapisi dengan kayu. Kemudian di dinding pub terpasang cermin yang dihiasi berbagai tulisan epik.

Suasana di dalam pub remang-remang. Sejumlah lampu berwarna terpasang di atas panggung utama yang akan digunakan group band melantunan lagu-lagu kenangan.

Kemudian di salah satu sudut pub sebuah meja biliar yang dapat digunakan para pengunjung untuk mengisi malam.

Para pelayan tampah hilir mudik menyajikan minuman beralkohol hingga makan malam untuk para tamu. Pub ini menyediakan menu makanan ala western dan Indonesia.

Alunan musik jazz terdengar begitu merdu, serasi dengan ambience ala 70-an yang terasa tak dibuat-buat.

Suasana di pub ini masi sama dengan 44 tahun yang lalu saat Jaya Pub baru dibangun. Perabotannya masih sama seperti yang dulu. Jadi Pub ini tidak seperti zaman sekarang yang didekor ala 70-an. Tapi Jaya Pub memang begini suasananya dari dulu, papar Wirda.

Sekitar pukul 21.15 WIB personel band mulai menaiki panggung utama. Message in a Bottle, sebuah lagu milik group band The Police yang begitu terkena di tahun 1979 dinyanyikan dengan apik.

Dulu kalau hari Sabtu seperti sekarang ini biasanya group band jazz yang tampil. Tapi agaknya genre musik itu tak banyak peminatnya di Indonesia, jadi kami menyesuaikan dengan keinginan tamu, cerita Wirda.

Sayang, malam itu pengunjung yang datang tak terlalu ramai karena hujan tengah mengguyur Jakarta. Wirda mengatakan, biasanya jika pengunjung ramai, suasana akan menjadi lebih semarak. Apalagi pengunjung biasanya akan membunyikan terompet opelet yang sengaja dipasang di atas meja. Tet tot tet tot tet tot, Wirda mulai membunyikan terompet oplet tersebut.

Seperti Sabtu-Sabtu sebelumnya, Rima Melati sang pemilik pub datang dengan pakaian yang rapi dan aroma yang wangi. Dulu Om dan Tante membuat Pub ini, tapi sayang dia cepat sekali meninggalkan tante, kisah Rima dengan mata berkaca-kaca.

Malam itu kami beruntung, dapat menikmati dunia malam era 70-an diiringi cerita nostalgia Rima Melati dan Frans Tumbuan.

No comments:

Post a Comment