Tuesday, August 20, 2019

Menelusuri Cerita Raja Mengintip Selir Mandi di Tamansari Jogja

Kompleks Taman Sari Yogyakarta merupakan salah satu obyek wisata di sekitar area keraton yang dulunya merupakan tempat peristirahatan Sultan dan kerabat.

Ketika kamu berkunjung ke Yogyakarta, Tamansari tentunya tak boleh terlewat dari daftar tempat yang akan kamu kunjungi. Taman bersejarah, yang memiliki bentuk artistik ini akan membawa imajinasi pengunjung flash back ke era lampau saat zaman kerajaan.

Tamansari memiliki artian nama taman yang indah. Taman yang kini menjadi tempat rekreasi tersebut, merupakan kolam pemandian atau disebut pula pasanggrahan bagi Sultan Yogyakarta dan keluarganya.

Tamansari kerap disebut pula sebagai Istana air karena memiliki beberapa kolam berisi air pada bagian tengahnya.

Jika kamu mendengar cerita seputar sejarah Tamansari, ada beberapa cerita yang beredar. Salah satunya adalah cerita tentang menara di bagian tengah yang memisahkan kolam besar dengan kolam kecil di samping.

Ada yang mengatakan kalau menara tersebut dulunya digunakan oleh raja untuk melihat para selirnya yang sedang mandi. Nantinya, raja akan melemparkan bunga ke kolam kemudian para selir akan memperebutkan bunga tersebut.

Barang siapa yang mendapatkan bunga, maka akan diajak Raja mandi bersama di kolam kecil yang ada di samping. Ada pula cerita yang beredar yang menyebut bunga tersebut sebagai tiket untuk diajak (bercinta) dengan raja di atas tempat tidur yang ada di atas menara.

Meski cerita tersebut terdengar unik, namun ternyata cerita tersebut tidaklah benar. Melansir dari Tribunnews (4/1/2016) yang mengkonfirmasi perihal cerita yang beredar di Taman Sari, Penghageng Kraton Yogyakarta, KRT Jatiningrat menegaskan jika fungsi utama TamanSari merupakan tempat peristirahatan Sultan dan keluarga.

"Wah itu cerita nggak bener dan hanya mencari sensasional kalau diceritakan Sultan ada di bangunan atas Kolam Binangun lalu melemparkan sesuatu, melihat putri-putri mandi dan sebagainya. Itu keterlaluan dan nggak bener," tegasnya ketika dihubungi Tribun Jogja.

Di dalam panduan wisata Tamansari yang diberikan kepada para turis, cerita sensasional tersebut juga tidak dibahas.

Ada 3 fungsi dari Tamansari yang dijelaskan dalam panduan tersebut, yakni sebagai tempat pertahanan, tempat religius, dan tempat pesiar atau rekreasi.

Sebagai tempat pertahanan dan perlindungan, terlihat dari adanya benteng keliling yang tinggi, adanya baluwer untuk menempatkan persenjataan, gerbang atau gapura yang dilengkapi beberapa tempat penjagaan para prajurit dan abdi dalem serta adanya jalan bawah tanah yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain.

Hal ini senada dengan ungkapan Romo Tirun atau sebutan KRT Jatiningrat kepada Tribun Jogja yang menyebut bangunan di sana dibangun sedemikian rupa supaya kalau ada bahaya, Sultan dan keluarga yang sedang beristirahat di TamanSari bisa menyelamatkan diri ke luar kota melalui lorong bawah tanah yang sekarang sudah ditutup.

Lembar panduan Tamansari menyebut, sebagai tempat religius, bangunan Tamansari difungsikan untuk aktivitas religi dan meditasi bagi sultan. Meditasi dilakukan di Pulo Panembung dan Sumur Gumuling yang berada di tengah kolam Segaran.

Sedangkan fungsinya sebagai tempat pesiar, terlihat dari adanya beberapa fasilitas di Tamansari seperti umbul, pasiraman, kolam, segaran dan pertamanan.

Dahulu, segaran membentang dari Pulo Kenanga sampai dengan segaran Pulo Gedong di sisi timur keraton. Air segaran dialirkan dari Bendungan Bendalole di Sungai Winanga daerah Pingit, barat laut kota melalui parit yang disebut Kali Larangan.

Fungsi Tamansari sebagai tempat pesiar, senada dengan ungkapan Romo Tirun yang juga menyebut bahwa Tamansari digunakan sebagai tempat peristirahatan sultan di tengah kejengahannya memikirkan permasalahan yang terjadi di negaranya.

No comments:

Post a Comment