Obat-obatan apa saja yang sering Anda bawa saat mendaki gunung? Obat masuk angin, obat pusing, obat penurun panas, plester luka, atau minyak kayu putih?
Kepala Bidang Kesehatan, Keselamatan, Keamanan (K3)Federasi Mounteneering Indonesia (FMI) Dr. Iqbal El Mubarok mengatakan, obat-obatan tersebut memang merupakan yang umum dan wajib dibawa oleh para pendaki.
Obat-obatan tersebut penting sebagai pertolongan pertama saat pendaki mulai merasakan kendala kesehatan di tengah perjalanan. Meski demikian, menurut Iqbal ada obat-obatan lain yang wajib ditambahkan utuk mengurangi risiko kecelakaan dalam pendakian.
Sebenarnya sama, yang perlu ditambihan suplemen. Karena konsekuensi kalau dia naik gunung kan akan berpotensi mengalami dehidrasi kan karena mengalami pengeluaran keringat, ujar Iqbal saat ditemui KompasTravel di acara Deep and Extreme Indonesia (DXI) 2019 baru-baru ini.
Selain suplemen, para pendaki juga disarankan membawa vitamin C dan vitamin B kompleks untuk membentuk ketahanan fisiknya.
Kalau enaknya B kompleks itu diminum sehari sekali untuk mengurangi risiko kram otot, lanjutnya.
Selain itu, lanjutnya, oralit juga sangat penting di bawa dalam pendakian. Iqbal menyebut, selain mengatasi dehidrasi, oralit juga berfungsi untuk menghilangkan kram otot.
Saya naik gunung di Nepal kram, saya minum oralit hilang. Nah itu bahaya juga tuh, kalau kita nutrisi kurang, bisa kena seranagn jantung. Bisa terjadi perubahan elektrolit, mempengaruhi listrik jantung, lanjutnya.
Untuk pendaki yang akan mendaki gunung di Indonesia juga disarankan mengkonsumsi obat anti malaria di H-1 pendakian.
No comments:
Post a Comment