Saturday, September 14, 2019

Mengapa Tahun Baru China Disebut "Imlek?"

Sejumlah pernak-pernak Imlek mulai dijajakan di Pasar Lama, Tangerang, Banten. Kawasan ini memang terkenal sebagai Pecinan lantaran dihuni oleh banyak keturunan Tionghoa Benteng.

Tahun Baru Imlek akan datang tak sampai seminggu lagi. Tercatat, sejak era kepemimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Imlek selalu dirayakan dengan semarak oleh mayoritas kalangan Tionghoa di Indonesia.

Lantas, mengapa perayaan ini disebut imlek?

Kepala Kajian dan Riset Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) Aji Bromokusumo menyebut, sebutan imlek lahir melalui proses serapan penduduk Nusantara terhadap istilah Hokkian, yin li.

Imlek berasal dari kata yin li, artinya lunar calendar. Jadi tahun baru China itu sama dengan tahun baru Islam karena dihitung berdasarkan peredaran bulan, ucap Aji kepada KompasTravel di Restoran Lei Lo, bilangan Senopati pada Kamis (31/1/2019).

Usut-punya usut, sebutan imlek ternyata hanya bisa ditemui di Indonesia. Bahkan, di China sendiri, istilah untuk perayaan ini disebut sebagai chunjie yang secara bebas dapat diterjemahkan sebagai festival menyambut musim semi.

Kalau di Indonesia disebut demikian jadi aneh, karena Indonesia tidak punya musim semi, tambahnya.

Di samping itu, beberapa kalangan keturunan Tionghoa di Indonesia pun kerap menyebut Tahun Baru Imlek sebagai sincia. Penyebutan tersebut sama-sama diserap dari dialek Hokkian untuk menyebut xin zheng yang dibaca sin ceng.

Di tempat terpisah, masih menurut Aji, istilah xin zheng merupakan singkatan dari istilah xin zheng yue yang berarti bulan pertama yang baru.

Istilah zheng yue sendiri, yang berarti bulan pertama, jika diucapkan dalam dialek Hokkian akan berbunyi cia gwe. Maka, penyebutan sincia merupakan pelafalan ringkas alias kependekan dari istilah-istilah tadi.

No comments:

Post a Comment